Saturday, February 16, 2013

Starving for Beauty 3


My eyes are starving for beauty...

Gunung Bromo yang dalam bahasa Sansekerta berarti dewa yang utama, tidak akan pernah berhenti memesona dengan selalu memberikan keindahan panoramanya. Serasa mata tak ingin berhenti menelanjangi setiap lekuk lautan pasir dalam langkah perjalanan menuju kawah Tengger. Lautan pasir yang sangat luas dengan segudang cerita tanpa perlu logika. Cukup membuka mata dan selamat menikmatinya.

Konon, Tengger berasal dari nama sepasang suami istri Roro Anteng dan Joko Seger dimana mereka bertaruh mengorbankan anak bungsunya sebagai persembahan kepada dewa. Hati nurani orang tua mana yang tega, namun hingga pada akhirnya dewa murka. Langit tiba-tiba gelap, terdengar suara-suara ghaib disertai munculnya kilatan-kilatan yang menyambar anak bungsu Roro Anteng dan Joko Seger dan memassukkannya ke dalam kawah. Semenjak saat itu, masyarakat Tengger melakukan upacara adat Kasada untuk memperingati hari dimana telah dilakukan sebuah pengorbanan besar. Dengan membawa ongkek-ongkek yaitu sesaji  seperti buah-buahan, hasil bercocok tanam dan ternak yang dibawa dari kaki Bromo menuju kawah Tengger yang kemudian dilemparkan kedalam kawah sebagai simbol pengorbana dan sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan atas rezeki melimpah telah dikaruniakan.
Sesuatu yang terkadang kita lupa untuk selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang sudah diberikan kepada kita.

Hal menarik yang tidak akan luput dari pandangan mata, masyarakat suku Tengger selalu menggunakan sarung sebagai suatu bentuk identitas dalam budaya tanpa batas.








Kawah Tengger, Bromo National Park, East Java, Indonesia
(Photos: Ari Wijaya)

3 comments:

  1. Lucca, keren banget! bisa ke gunung bromo. Dari dulu pengen ke sana namun belom ada kesempatan. Indonesia memang memiliki alam yang sangat indah. Sayang pemerintah belom maksimalin potensinya.. Thanks for sharing ya, Lucca!

    ReplyDelete