Saturday, November 23, 2013

Picture of Mine


Betapa berharganya tangan kalian dan betapa istimewanya gambar-gambar ini hasil goresan tangan kalian. Terima kasih tak terhingga. :)





Friday, November 22, 2013

Sutanto Danuwidjaja - Bird Paradise


Sutanto Danuwidjaja mengajak kita untuk terbang bersama burung-burung cantik dalam peragaan busananya yang digelar pada IPMI Trend Show 2014. Mengangkat tema Bird Paradise dengan penuh semangat mengungkapkan bahwa koleksinya kali ini melambangkan tantangan kepada para wanita yang merasa percaya diri dan dare to wear. Bulu-bulu burung menjadi kunci utama koleksi kali ini. Cocktail dress dengan berbagai macam aplikasi bulu burung turut menghiasi 24 set koleksi yang dihadirkan.  Strapless dress yang menggambarkan burung merak dipresentasikan dalam gradasi warna hijau-biru yang begitu cantik dengan aksen bulu-bulu yang disusun sedemikian rupa kemudian menggunakan bordiran  burung tiga dimensi memberikan suatu tampilan yang jelas tidak biasa. Tidak berhenti disitu,merak putih juga dieksplor dalam mini dress serba putih dengan sentuhan kepala merak tiga dimensi pada bagian pinggang. Turut hadirnya aksesoris kepala cukup menarik perhatian, ranting-ranting dibuatnya seolah burung-burung terbang kesana-kemari dari dahan satu ke dahan yang lainnya. Ruffle dress yang bersusun-susun warna oranye  ditampilan dalam bentuk silhouette dengan sentuhan burung mandarin pada bagian pinggang. Deretan busana warna merah, kuning, hijau, hitam dalam potongan garis sederhana dan body fit dengan detil berbagai macam bentuk burung . Ditutup dengan gaun panjang berwarna putih yang seolah-olah menjadi taman surga diberi aksen tiga dimensi berbagai macam jenis burung menutup keindahan dan keberagaman koleksi kali ini.











(Foto Dok. Lucca Yoga & Marsela Christie)



Priyo Oktaviano - Grains De Sable


Bertajuk “Grains De Sable (Grains of Sand)”, Priyo Oktaviano melalui lini keduanya SPOUS turut memperkaya warna-warni trend yang akan datang melalui IPMI Trend Show 2014 di Skenoo Hall Gandaria City.  Menyajikan 30 set busana siap pakai yang terdiri dari 24 set busana wanita dan 6 set busana pria lewat penggunaan material dari bahan serat alami seperti serat nanas, serat pisang, serat enceng gondok dan bahan serat goni yang kemudian diubahnya menjadi satu inovasi  busana yang ramah lingkungan.
Priyo Oktaviano membaginya dalam empat sekuens. Sekuens pertama disebut sebagai Koleksi Putih, mengajak penikmat koleksinya melihat gambaran suasana ketika sang fajar menyingsing dikala pagi hari di gurun. Menyajikan blus dan celana pendek  berpotongan longgar dengan bagian lengan yang digulung dan diberi sentuhan rumbai-rumbai pada leher. Hadir juga aplikasi detil-detil bulu unggas layaknya pakaian perang suku Indian Apache. Sekuens kedua yaitu Koleksi Coklat menyapa lewat kemilau lembayung senja dilangit luas yang menghadirkan warna lebih pekat. Deretan t-shirt, boxy jacket, shorts hasil imajinasi racikan inspirasi pakaian asli suku Indian turut hadir dengan detil aksesoris etnik pada bagian depan dan leher. Sekuens ketiga, Koleksi Hijau Military sebagai gambaran warna malam yang masih terlalu dini. Masih bermain dengan aneka atasan dan celana berpotongan longgar dalam berbagai macam gaya dengan aplikasi aksesoris kepala yang akan menjadi sorotan trend musim ini. Sekuens terakhir, Koleksi Drapery sebagai penyempurna rangkaian koleksi yang terinspirasi pakaian berpotongan longgar suku-suku nomaden di  gurun. Dengan tekstur ringan lewat teknik draperi dipersembahkan sebagai penutup perjalanan indah padang gurun kali ini.
Ditengah suasana gurun pasir yang gersang dan tandus, Priyo Oktaviano telah menghadirkan fatamorgana keindahan lewat koleksi busananya. Suguhan busana siap pakai diracik lewat sentuhan sporty, modern dan gaya rancang sederhana untuk gaya sehari-hari.













(Foto Dok. Lucca Yoga & Marsela Christie)

Votum by Sebastian Gunawan - Dusk and Dawn


“As the sun sets, the celebration begins.”
Siang berganti malam. Gelap datang menggantikan terang. Begitulah semesta bekerja. Alam beserta isinya telah diciptakan begitu sempurna. Peristiwa alam yang setiap hari terjadi ini ternyata menjadi inspirasi Sebastian Gunawan dan Christina Panarese dalam pagelaran busana IPMI Trend Show 2014 di Skenoo Hall Gandaria City. Mengangkat tema Dusk and Dawn yang mengingatkan bahwa apa  yang telah terjadi dikala terang tertutup oleh awan gelap tidak boleh berhenti begitu saja, sampai esok terang datang lagi.  Mini dress tanpa lengan berwana biru muda dengan aksen bebatuan oranye dibagian leher mengawali jajaran koleksi Votum by Sebastian & Christina. Nuansa gembira begitu terasa dari pilihan warna-warna yang dihadirkan pada beberapa koleksi pertama yang menggambarkan waktu dikala terang, dan tentu saja tidak lepas dari senyum manis setiap model  yang berjalan. Tebaran bunga dan lipatan kelopak bunga hadir menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam koleksi kali ini. Pelapis busana sebagai kaitan praktis di lingkar leher turut dihadirkan dengan bahan lace yang romantis dipadukan dengan cocktail dress warna krem dengan motif yang begitu mewah. Menjadi tema besar kali ini suasana gelap kala matahari telah terbenam diciptakan melalui warna merah-biru, fiery orange, lavender, serta hitam-merah dalam berbagai lekuk siluet gaun formal dan cocktail. Aplikasi kerah chon gsam dihadirkan dalam berbagai macam gaya. Pada jajaran busana terakhir didominasi oleh warna gelap yang menandakan bahwa pesta telah resmi dimulai.


(Foto Dok. Lucca Yoga & Marsela Christie)

Barli Asmara - Royal Embroidery


Dengan melihat cukup banyaknya selebriti dalam jajaran paling depan kita dapat mengira bahwa ini adalah peragaan busana Barli Asmara yang digelar dalam IPMI Trend Show 2014 di Skenoo Hall Gandaria City. Sudah menjadi rahasia publik bahwa Barli Asmara adalah seorang desainer tanah air yang menjadi favorite kalangan selebriti.  Apabila mengingat setahun kebelakang pada IPMI Trend Show 2013 betapa begitu disukainya koleksi The Fringe yang hadir menghiasi karpet merah beberapa acara besar. Namun apabila mengutip perkataan Anna Wintour “ Fashion is not about looking back, it’s always about looking forward” maka kali ini Barli Asmara menghadirkan koleksi terbarunya yang bertajuk “Royal Embroidery” yang diprekdisikan menjadi trend tahun depan.
Parade model yang berjalan dengan memakai payung transparan membuka show kali ini dalam warna serba putih menghadirkan nuansa jazz tahun 50-an membuka pegelaran busana Barli Asmara. Advina Ratnaningsih mengawali jalan cerita dari  “Royal Embroidery” dengan memakai coat putih panjang dibawah lutut yang belambai-lambai menjadi pelapis pakaian dalam “show stopper” bertabur mutiara. Disusul dengan rok lipit yang bervolume dan sentuhan bunga pada bagian pinggang dan masih bermain-main dengan bra yang dipenuhi mutiara. Kaya akan detil merupakan karakter yang dimiliki Barli Asmara. Crop top organza yang menerawang, rok pensil , dan tube dress hadir dengan motif timbul bunga-bunga berbagai ukuran yang memperkaya tampilan dekoratif koleksinya kali ini. Siluet klasik dan bahan pilihan seperti, tweed, duchess, tule dan jacquard yang melambangkan keanggunan dari seorang wanita.
Dalam koleksi kali ini Barli Asmara tidak sekedar menampilkan busana yang cantik namun satu tampilan keseluruhan sebagai karya seni dengan menghadirkan sepatu wedges yang diukir, motif bordir dan headpiece mahkota yang terinspirasi dari desain interior kerajaan. Aksesories juga hadir dalam bentuk clutch kubus transparan yang begitu shopisticated dipadukan dengan tank top dan celana dibawah lutut yang permukaannya semua tertutup oleh mutiara. Gaun pengantin bertabur mutiara pada bagian atas dengan ruffle pada bagian lengan bermotif timbul bunga-bunga menutup kemewahan parade busana serba putih kali ini. Barli Asmara ingin mempresentasikan keanggunan wanita jaman dahulu yang dipadu padankan dengan sentuhan modern.












(Foto Dok. Lucca Yoga & Marsela Christie)

Era Soekamto - 1421


"Sebuah Interpretasi mode tentang kisah sebuah kebenaran pada tahun 1421"

Sesaat memasuki area Room B kita akan disuguhi pemandangan sepasang hiolo -tempat meletakkan dupa yang dibakar-  yang diletakkan begitu manis di atas panggung menjadi gerbang bagi deretan anggun 22 koleksi kebaya Era Soekamto dalam perhelatan tahunan IPMI Trend Show 2014 di Skenoo Hall Gandaria City. Peragaan bertajuk 1421 yang terinspirasi dari buku karangan Gavin Menzies, merupakan penerjemahan sebuah imaji dari penelusuran jalur perdagangan legendaris lintas benua yang memudarkan waktu, tempat, negara serta ras. Era Soekamto membawa kita mengarungi keindahan perjalanan sejarah dalam dimensi 2014 dan menyingkap kekayaan kultur dari berbagai penjuru dunia seperti Cina, Majapahit (Jawa), dan Eropa melalui aliran Renaissance. Jangan bayangkan sebuah koleksi yang begitu rumit, justru tema membaur tiga budaya yang cukup berat ini diterjemahkan sederhana, mengalir tenang dalam nuansa yang ringan, modern dan ready to wear.
Perlahan satu demi satu model berjalan di atas pentas dalam suasana perjalanan sejarah yang dibangun dengan music score asli hasil kerjasama dengan pemusik muda New Young Boys dan music director Tasya. Tampilan pertama kebaya kutubaru hadir dalam warna krem dengan belahan pada bagian lengan yang tampak seperti cape berbahan ringan yang melayang menjuntai sampai bawah, diberi sentuhan obi yang mengikat bawahan kain batik yang menjadi rok selutut  dengan draperi sehingga memperkaya tampilan pada bagian depan yang begitu cantik. Kebaya kartini tanpa lengan dihadirkan dalam warna rustic silver dengan bawahan batik megamendung warna cokelat yang lembut dengan masih bermain pada obi dan draperi. Gaun panjang merah dengan aplikasi lipatan origami pada bagian dada kemudian diberi obi hitam motif warna emas dan belahan rok sampai yang memiliki belahan sampai bawah memperkaya koleksi perjalanan sejarah milik Era Soekamto yang begitu indah dipandang.
 Koleksi kali ini diperkaya oleh aneka kain batik dengan corak Megamendung, Nogo dan Vas Cino milik Iwan Tirta Private Collection. Pada jajaran aksesories Era soekamto bekerjasama dengan Rinaldy A. Yunardi yang telah berhasil mengawinkan tiga elemen budaya yang muncul dalam warna emas berkarat dan perak berkarat dan diperkaya  aneka bebatuan yang diaplikasikan pada kalung yang besar dengan ukiran-ukiran khas Cina. Tatanan rambut yang dikepang hadir begitu sederhana namun kaya akan kejutan apabila melihat lebih teliti lagi terdapat dupa yang diselipkan pada ikatan rambut memberikan efek asap dalam drama totalitas perjalanan dunia.









(Foto Dok. Lucca Yoga & Marsela Christie)